Surat Untuk Kaum LGBT

Surat Untuk Kaum LGBT


oleh Henry Manampiring
Kepada kaum LGBT di Indonesia, sesama manusia dan saudara sebangsa.
Saya menuliskan ini, karena kepikiran dengan segala pemberitaan, isu, rumor, sampai fitnah yang berkembang akhir-akhir ini menyangkut kamu.
Saya pernah membaca, “Privilege is invisible to whose who have it”. Hak istimewa (privilege) tidak terlihat dan dirasakan oleh orang yang memilikinya. Menjadi orang kulit putih di AS tidak merasakan privilege berkulit putih, karena mereka tidak pernah menjadi kulit hitam atau kuning yang harus menghadapi rasisme. Menjadi pria di dunia korporat mungkin tidak merasakan privilege berpenis, karena mereka tidak pernah menjadi perempuan yang harus menghadapi diskriminasi gender. Menjadi Sarjana mungkin tidak merasakan privilege akses pendidikan tinggi, karena tidak pernah merasakan menjadi mereka yang untuk menyelesaikan SD saja susah sekali.
Memiliki orientasi heteroseksual mungkin membuat saya tidak menyadari memiliki privilege itu, karena saya tidak pernah merasakan menjadi minoritas yang memiliki orientasi seks yang berbeda. Tetapi saya tetap memberanikan diri menulis surat ini kepada kamu. Walaupun saya memiliki orientasi seks “mayoritas”, toh saya memiliki etnis dan keyakinan minoritas, dan juga pernah menghadapi kebencian, pelecehan, dan hinaan. Mungkin saya bisa berempati denganmu, walau hanya sedikit. Mungkin.
Akhir-akhir ini ada begitu banyak prasangka, kecurigaan, dan kebencian yang beredar terhadapmu. Mungkin sebagian dari kamu kaget, bahkan teman, kolega, atau keluargamu yang kamu pikir selama ini baik kepadamu, bisa tiba2 ikut menyebar postingan WA, FB, atau social media lain yang menggambarkan kamu seolah bukan manusia, lebih rendah dari binatang, atau penderita sakit menjijikkan yang harus dijauhi seperti kalau tidak menular.
Sebagian besar dari orang yang membencimu, adalah karena mereka tidak mengerti. Mereka belum memiliki pengetahuan cukup, dan sifat manusia adalah membenci sesuatu yang tidak mereka mengerti. Tanpa pengetahuan, maka mereka mudah percaya hal-hal tak berdasar. Mereka mengira bahwa orientasi seks adalah sepenuhnya pilihan, layaknya memilih jurusan kuliah (sehingga bisa “ditularkan”), walaupun telah begitu banyak penelitian mengindikasikan orientasi seks sangat ditentukan sejak lahir oleh genetika dan juga struktur otak. Mereka mengira bahwa orientasi seks sebagai pilihan ganda dengan hanya 2 pilihan: hetero atau gay/lesbian, padahal berbagai studi menunjukkan orientasi seks sebagai spektrum dengan beberapa tingkatan. Mereka mengira kamu dan kaummu sibuk menyusun agenda konspirasi untuk menguasai dunia, padahal kamu tidak berbeda dan saya, hanya ingin bersekolah, mencari nafkah, berbakti pada orang tua, dan juga mendapatkan cinta.
Kepada mereka yang membenci karena tidak mengerti, maafkanlah mereka karena mereka tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Sabar dan tabahlah. Ratusan tahun yang lalu, manusia mengira ada jenis manusia lain yang layak dijadikan budak. Sekarang perbudakan rasanya sudah hampir musnah sama sekali. Sampai puluhan tahun yang lalu, di beberapa negara, mereka yang berkulit hitam dianggap inferior dan lebih rendah dari yang berkulit putih. Sekarang sudah ada presiden negara adidaya berkulit hitam. Sampai puluhan tahun yang lalu, perempuan dianggap tidak boleh memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Sekarang, mulai terlihat kebangkitan perempuan di mana-mana, bahkan bisa menduduki posisi penting di perusahaan dan pemerintahan.
Sejarah menunjukkan spesies manusia bergerak perlahan menjadi lebih bijak, seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan pengertian mereka. Perjalanan ini memang tidak mulus, penuh jatuh bangun, bahkan terkadang langkah mundur. Ada sebagian orang yang berusaha ingin memundurkan kebijaksanaan kolektif kita. Tetapi sejarah menunjukkan pemahaman kemanusiaan (humanity) akhirnya bergerak maju dan lebih universal. Di beberapa negara di dunia, pengakuan atas kaummu sebagai manusia yang sama haknya dengan manusia lain telah terjadi, sesuatu yang tak terbayangkan 100 tahun yang lalu.
Kepada mereka yang membenci kamu karena tidak mengerti, kamu hanya bisa sabar, sambil tetap menunjukkan bahwa apa yang mereka takutkan dan tuduhkan tanpa alasan itu sebenarnya tidak benar. Sayangi mereka anyway, dan berharap lambat laun mereka melihat kamu sebagai manusia juga. Tunjukkan bahwa kamu sama dengan saya, manusia biasa. Kita berdarah sama merah, kita tertawa sama lantang, dan kita menangis sama air matanya.
Pastinya tidak akan terjadi dalam semalam. But have some faith, that mankind will become wiser.
Tetapi ada jenis orang lain yang berbeda dari yang di atas, mereka yang membencimu karena kebencian itu memberikan keuntungan bagi mereka.
Mereka yang mengobarkan kebencian kepadamu, karena itu membuat mereka populer.
Mereka yang mengobarkan kebencian kepadamu, karena itu membuat jubah agama mereka terlihat lebih suci, menyembunyikan hitamnya hati mereka.
Mereka yang mengobarkan kebencian kepadamu, karena itu membuat partai politik mereka lebih menarik merebut suara pemilih.
Mereka yang mengobarkan kebencian kepadamu, karena mereka perlu kambing hitam untuk semua masalah hidup mereka sendiri. Bagaikan Adolf Hitler dahulu menyalahkan semua masalah Jerman kepada kaum Yahudi.
Mereka yang mengobarkan kebencian kepadamu, karena mereka iri dan dengki dengan prestasi, pencapaian, dan kebahagiaanmu, dan mereka akan mencari alasan apapun untuk merampok kamu dari semua itu.
Orang-orang inilah serigala paling kejam, dengan mulut berbusa penuh kekejaman dan kejahatan. Mereka sebenarnya tidak peduli dengan orientasi seks kamu, tetapi mereka membutuhkan kamu sebagai sarana untuk memenuhi nafsu popularitas, ketenaran, kekuasaan, kemunafikan, dan kedengkian mereka. Mereka membenci bukan karena tidak mengerti, tetapi mereka membenci karena itu menguntungkan mereka.
Kepada orang-orang ini, waspadalah. Karena darah manusia lain pun tercium harum di hidung mereka selama itu menguntungkan mereka. Kita hanya bisa berharap, jumlah mereka hanya sedikit dan pengaruh mereka terbatas. Dan pemimpin-pemimpin kita diberi petunjuk untuk mengalahkan kaum buas ini.
Beberapa dari mereka akan mengusung kata “dosa” untuk mengipasi api kebencian. Karena “dosa” dan “agama” seringkali dijadikan barang dagangan yang cepat laku, dengan pembeli yang mau ditipu orang-orang tak bertanggung-jawab. Bagi saya, dosa atau tidak, adalah urusan individu, antara kamu dan Tuhanmu. Saya sebagai manusia tidak boleh mengambil peran Tuhan, satu-satunya hakim yang bisa menentukan seseorang berdosa atau tidak, masuk surga atau neraka. Saya juga terdakwa di mata Tuhan, jadi bagaimana saya bisa menjadi hakim juga?
Saya bukan Tuhan, saya manusia. Dan kewajiban saya sebagai manusia adalah memperlakukan sesama manusia sebagai, well, “manusia”. Tidak lebih, tidak kurang, tanpa memandang ras, suku, agama, orientasi seks. Itulah mengapa saya menerimamu sebagai manusia. Saya menerimamu sebagai guru, sebagai kolega, sebagai teman, sebagai dokter, sebagai client, sebagai artis, sebagai pemilik toko, dan sebagai apapun peran yang saya akan temui – karena kamu adalah manusia. Titik.
Dan jika saya mempunyai anak, itu juga yang akan saya tekankan kepada dia. Perlakukan manusia sebagai manusia, jangan bedakan gender, suku, ras, agama, dan orientasi seks-nya. Saya hanya bisa bermimpi, anak dan cucu saya bisa besar di dunia di mana dia tidak perlu lagi penekanan itu.
Someday, when mankind is wiser.
Salam kemanusiaan,
HM