2 Cara Merasakan Pria Gay Indonesia

Mengetahui Pria Homo dari Jari dan Wajahnya

MEMANG mitos ini tentu saja tidak bisa dijadikan patokan 100 persen. Apalagi harus meyakininya. Tapi paling tidak, dari berbagai sumber yang dirangkum, pria homo bisa 'diintip' dari bentuk jari tangan dan wajahnya.

Bahkan, ternyata memang ada pula riset ilmiah untuk mengetahui pria homo yang secara umum disebut sebagai pria gay.

Bila bicara soal mendeteksi pria gay atau pria homo, kebanyakan orang akan langsung menilai dari fisik. Kalau gayanya 'kemayu', gerakannya gemulai, atau pakaiannya necis dan wangi, barangkali kita akan langsung bergumam dalam hati, "Hmm... pasti dia gay."

Ada juga mengatakan, setidaknya seorang gay bisa dilihat dari jari-jemari tangannya. Ternyata, ini ada benarnya. Dan, hal ini disebut dengan digit ratio theory . Beberapa penelitian telah membuktikan kebenarannya.

Coba perhatikan jari tangan Anda. Bila jari manis tangan kanan Anda lebih panjang dari jari telunjuk, itu berarti Anda punya banyak hormon testoteron dan cenderung lebih hiperaktif, agresif, dan tidak suka sesuatu yang lamban.

Sebaliknya, jika jari telunjuk lebih panjang dari jari manis, berarti hormon estrogen Anda lebih banyak sehingga sifat Anda pun cenderung sensitif dan emosional. Lantas, apakah orang yang jari telunjuknya lebih panjang berarti homoseksual? Ternyata tidak juga.

Justru orang yang panjang jari telunjuk dan jari manisnya sama panjang, kebanyakan adalah homoseksual (baik pria atau wanita). Sebuah studi yang dilakukan oleh Wndy M Brown dan timnya yang dimuat dalam Archieves of Sexual Behavior, ikut menguatkan hal tersebut.

Dalam studinya, Brown menemukan, bahwa ada hubungan tak langsung antara rasio panjang jari manis dan jari telunjuk dengan perilaku lesbian pada wanita. Mereka yang jari manisnya lebih panjang punya orientasi seksual sesama jenis.

Mengetahui Pria Homo dari Wajah
Hanya dalam hitungan detik, hampir setiap orang dapat mengenali apakah seseorang di depannya homoseksual atau bukan hanya dari wajahnya. Temuan ini memperkuat pendapat, bahwa pikiran bawah sadar manusia berperan penting dalam memandu prilakunya.

Manusia dikenal sebagai makhluk paling pintar dan cepat menilai sesamanya. Hal tersebut telah disimpulkan sebagai hasil penelitian yang dilakukan duo psikolog, Nalini Ambady dan Rovert Rosenthal, tahun 1994.

Saat itu, mereka menghadapkan orang-orang pada video seorang profesor yang sedang mengajar berdurasi dua detik saja, kemudian diminta memberikan opini mengenai kemampuan mengajarnya.

Hasil penilaian tersebut ternyata mirip benar dengan penilaian para mahasiswa profesor itu yang diajar selama satu semester. Temuan ini tidak hanya mengejutkan, tapi membuat penasaran para pakar prilaku untuk menguak rahasia kemampuan manusia menilai sesamanya dalam waktu sangat singkat.

Ambady kemudian bersama koleganya, Nicholas Rule, sama-sama dari Universitas Tufts, Massachusets, Amerika Serikat, meneliti apakah hal tersebut juga berlaku untuk menilai orientasi seksual.

Sukarelawan pria maupun wanita dihadapkan 90 lembar foto wajah pria homoseksual dan pria normal secara acak, masing-masing antara 33 milidetik hingga 10 detik. Saat diberikan waktu 100 milidetik atau lebih, mereka dapat mendeteksi foto pria mana yang homoseksual dengan tingkat ketepatan 70 persen.

Jika waktunya kurang dari itu, mereka kesulitan. Namun, jika diberikan waktu lebih lama, peluangnya semakin tidak baik.

"Apa yang paling menarik adalah tambahan waktu tidak meningkatkan hasil," ujar Ambady yang melaporkan penelitian ini dalam Journal of Experimental Social Psychology.

Jadi, mungkin ada benarnya juga semboyan; "cinta pada pandangan pertama". (dari berbagai sumber)